Minggu, 20 November 2011

Diary Hitam, part 2


Berawal dari sebuah tatapan saat forum ketika pembina menyampaikan sebuah amanat, dia selalu menatap kearah ku. Apa yang di ucapkan oleh pembina entah di dengar atau tidak,  yang jelas aku bersikap biasa saja, dan tidak memperdulikan tatapan wanita itu.

Tak lama setelah itu, sahabat ku mendapatkan sesuatu dari wanita yang menatap ku itu. Sebuah daun yang bertuliskan nama wanita itu dan dilaminating dengan sebuah plastik, katanya itu adalah kenang-kenangan darinya, sesuatu yang bisa mengingatkan dengan wanita itu. Sahabat ku itu sangat senang dan mulai tertarik dengan wanita itu, dia senang aku pun ikut senang.

Sahabat dan wanita itu mulai dekat, saling berbagi cerita, bertukar pikiran dan berbagi canda tawa bersama. Hingga pada akhir nya sahabat ku tahu, bahwa sesungguh nya wanita itu memendam rasa kepada ku. sahabat ku kecewa, namun dia bisa bernafas lega. Karena aku tidak bisa seperti yang diharapkan nya dan menyuruh menyampaikan kepada wanita itu bahwa aku telah memiliki seorang kekasih.

Namun... aku belum bisa bernafas lega, sikap sahabat ku mulai berubah. Entah mengapa dia seperti menjauh dan marah kepada ku, bahkan dia mulai mengacuh kan ku. sudahlah, aku biarkan dia tenang dulu dan mencari tahu ada apa dengan sahabat ku itu.

Apa yang ku takut kan benar terjadi, hati memang tidak bisa dibohongi. Wanita itu masih memendam rasa kepada ku, walaupun merekan sudah jadian. Hingga suatu hari aku meminta izin kepada sahabat ku untuk berbicara berdua dengan wanita itu, dan dia pun mengizinkan nya, dengan catatan aku harus menceritakan apa yang dibicarakan dan apa yang terjadi disana.

Hari dimana aku bertemu pun tiba, aku melihat wanita itu masih memakai pakaian olah raga. Dia duduk sambil memeluk lutut nya, aku datang menghampiri dan langsung duduk di depan nya. Tanpa basa-basi aku langsung to the point.

“Hei.. akang sudah denger semua nya, tapi da gimana... akang engga bisa, kalian kan udah jadian. Dan akang pun udah punya ce, akang engga mungkin ngedua dan akang juga engga mau itu. Kalo kamu engga percaya mah, nih liat... ini foto ce akang.”

Dengan cepat aku mengeluarkan dompet dan menunjukan foto kekasih ku, setelah lama kami berbincang dan mengambil sebuah kesepakatan, aku pun pergi menuju base camp dan menceritakan semua yang dibicarakan kepada sahabat ku. Dia langsung pergi ke kamar mandi dan ketika dia kembali, ku lihat mata nya merah seperti sudah menangis. dia melewati ku, masuk kedalam base camp dan berteriak sekencang-kencang nya.

Dari sini aku mulai menyadari, betapa sahabat ku sangat mencintai wanita itu. Sampai-sampai suatu hari dia mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan ku.

“lang... udalah, kamu jadian aja sama dia. Aku engga tega liat kondisi dia, dia sangat suka dan pengen jadian sama kamu. aku orang yang suka sama dia, tapi kenapa kamu yang mendapat rasa sayang nya. tolong jadian aja sama dia lang....”

Kesal, marah, dan kasihan, rasa yang ku rasakan pada saat itu. Aku tetap pada pendirian ku, aku tidak bisa melakukan itu semua. Aku meminta maaf kepada sahabat ku, aku tidak mungkin mengkhianati kekasih dan sahabat sendiri. Kekecewaan terlihat di wajah sahabat ku, aku yakin kan dia agar bisa membuat wanita itu berpaling kepada nya, bisa benar-benar jatuh hati kepada nya, bukan kepada ku, dan aku yakin dia pasti bisa.

Setelah kejadian itu, aku sering melihat mereka selalu bersama. Ketika wanita itu ada, aku selalu menghindar untuk menjaga jarak, sikap sahabat ku masih belum sepenuh nya kembali seperti dulu. Itu tidak jadi masalah bagi ku, yang penting aku senang mereka bisa bersatu. Hubungan mereka tetap berlanjut hingga kami lulus sekolah, sahabat ku PKL di luar kota sedangkan aku  melanjut kan program kuliah di sekolah dan wanita itu menjadi senior disekolah nya.

Terkadang aku berfikir, mengapa semua ini harus terjadi. Hubungan ku dengan sahabat ku menjadi kurang baik gara-gara wanita itu, aku sempat benci dengan wanita itu. Aku kehilangan sahabat ku karena wanita itu, tapi sedikit demi sedikait hubungan dengan sahabat ku mulai membaik, dan aku bukan mencari siapa yang salah, karena itu tidak menyelesaikan masalah. Aku mencari solusi agar cepat selesai....

Lama tak berjumpa dengan sahabat dan wanita itu, tak ada kabar dan kurang komunikasi. Kami bekomunikasi hanya lewat facebook, itu pun tidak tiap hari. Sampai suatu hari aku mendapat berita yang mengecewakan, mereka putus. Sahabat ku dan wanita itu tidak lagi melanjutkan hubungan mereka, entah apa alasan nya, ingin aku menanyakan nya tapi aku takut mereka tersinggung. Aku hanya bisa berdo’a dan berharap, semoga mereka baik-baik saja dan ini jalan yang terbaik bagi kita semua.

0 comments:

Posting Komentar