Jumat, 05 Agustus 2011

Hanya sebuah camera


            Akhir nya setelah dua tahun menabung aku bisa membeli sebuah camera SLR, mahal memang tapi kalau sudah hobi mau gimana lagi. Awal nya aku tidak berminat dengan dunia fotografi, namun aku beralih hobi kedalam bidang fotografi. Sebenarnya aku adalah seorang pecinta alam, aku suka pergi ke gunung, hiking, camping, walau pun cuma ke gunung itu – itu saja tangkuban perahu atau burangrang. Sayang nya dijakarta tidak ada gunung yang bisa aku daki, ada sih tapi jarak nya sangat jauh. Dan akhir nya aku memilih untuk masuk kedunia fotografi.

            Asik…. Liburan telah tiba, setelah lelah dengan pekerjaan banyak unit yang harus aku perbaiki, camera tentu nya. Dan sekaranglah saat nya untuk mencoba camera baru ku. Hmmmm…. Camera? Ok, ongkos? Sip, Hp? Wah dimana Hp ku? Lama ku cari, ku periksa dibawah bantal, di atas meja, dibawah kasur. Eh ternyata… ada di dalam saku selana ku, itu barang penting, kalau engga ada Hp itu engga akan bisa menghubungi yang di bandung (kekasih ku tentu nya). Mp3 ples head set? Cek. Ok semua persiapan sudah ok dan waktu nya aku berangkat.

            Sesampai nya aku di tempat tujuan, tempat favorit ku. Monas, disini pasti banyak objek yang bagus. Aku berkeliling, jepret sana jepret sini, bahkan batu yang ku temuipun aku foto. Tak terasa waktu sudah menjukan pukul sembilan malam, lama juga aku berada disini. Ku putus kan untuk pulang, berhubung sudah malam dan aku pun sudah lelah. Ayo pulang menuju kosan tercinta….

            Di perjalanan menuju kosan aku melihat sesuatu yang sangat mengejutkan, aku melihat seorang wanita sedang dikerumuni oleh dua orang lekali. Aku terdiam dan melihat dengan seksama, walaupun tempat itu gelap aku bisa melihat wanita itu. Wanita berjilbab yang sedang ketakutan, kedua tangan nya menutupi dada nya. Dan seperti nya aku tahu siapa wanita itu, tidak lama aku melihat salah satu dari lelaki itu mulai kurang ajar. Astagfirullah… wanita itu hendak diperkosa oleh kedua lelaki itu. Keringat dingin ku mulai bercucuran, tampa pikir panjang aku berlari dan menghampiri para lekali busuk itu.

“Hei… stop!!!” teriak ku.

“Mau apa kamu? Jangan ikut campur pergi sana!!!”

Ucap lelaki yang pertama, terlihat tato macan dilengan nya dan kepala nya yang gundul plontos.

“Udah dari pada lo kita hajar, mendingan kita nikmati aja tubuh cewek ini bareng-bareng”

Lanjut lelaki yang kedua, lelaki yang gondrong dan berjengot tebal, ku lihat wanita itu hanya diam tertunduk dan bercucuran air mata. Seperti nya dia ketakutan setengah mati, dan seperti dugaan ku dia wanita yang aku kenal. Dengan tenang aku berkata...

“Tidak terima kasih bang, tapi gini aja bang, abang ambil aja camera ku. Terus lepasin temen aku”

“Ah buat apa camera, gua enggak butuh” jawab lelaki yang botak.

“Eh jangan salah bang, abang tau berapa harga camera ini?”

“Alah palingan Cuma cepe, buat apa cepe? Engga akan cukup buat beli apa – apa” ucap lelaki yang gondrong.

“Enak aja bang, sengene… ini harga nya tu tiga juta, enggak percaya? Nih aku kasih liat kwitansi pembelian nya?” balas ku.

“Seirus lo??” jawab lelaki yang botak dengan terkejut.

“Asli bang, udah ambil ini aja, lumayan klo di jual lagi. Tiga juta, beuh…. Abang bisa jajan tiap hari, gimana mau engga?” balas ku dengan nada yang meyakinkan.

Kedua lelaki itu berbisik –bisik, seperti nya sedang berdebat. Memilih antara perawan dengan camera baru ku yang seharga tiga juga, tak henti – henti nya aku melihat wanita itu, dia menangis dan tampak mengucapkan sesuatu namun tidak terdengar suara. Wanita itu hanya tertunduk ketakutan, tangan nya gemetar dan tampak basah.

            Tak lama kedua lelaki itu selesai berdebat dan berkata.

“Ok gua lepasin temen lo, tapi gua pengen camera ples isi dompet kalian berdua.”

“Ok, deal! Lepasin sekarang temen aku bang.”

“Nih temen lo.”

Lelali itu pun melepas kan wanita itu, aku pun langsung mengeluarkan isi dompet dan memberikan camera baru ku, tidak lupa aku meminta isi dompet wanita itu.

“Nih bang, tp aku bagi dua pulluh ribu yah, buat ongos bajai.”

“Hmmm, yaudah ambil aja.”

“Makasih bang, oiya bang salaman dulu dong…. Biar lebih afdol” ku berkata dengan canda.

Aku dan mereka pun berjabat tangan dan mereka pun merasa heran, tak lama mereka berdua pun pergi. Wanita itu tak henti – henti nya menangis, sampai aku memegang pundak nya dan berkata.

“Udah, tenang aja. Sekarang kamu sudah aman, lebih baik aku antar kamu pulang.”

            Wanita itu hanya mengangguk, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Aku bisa memaklumi, mungkin dia masih syok akibat kejadian yang baru saja menimpa nya. Sesampai nya dikosan wanita itu, dia duduk di teras depan rumah. Dia terdiam, menatap lantai dengan tatapan kosong. Entah memikirkan sesuatu atau pikiran nya memang sedang kosong, aku pun berjongkok didepan nya dan menatap mata nya.

“Ngeliatin apa sih?”

“Hmmm….”

“Udah, tenang aja…. Anggap aja itu cobaan buat kamu.”

“Makasih yah, mungkin juga engga ada kamu aku sudah….”

“Iyah sama – sama, santai aja. Kita kan teman” jawab ku sambil memandang langit.

“Soal kamera kamu….”

“Owh soal itu, alah udah engga usah di pikirin. Cuma camera ini, yang penting kamu selamet.”

“Kamu ko masih mau nolongin aku? Padahal dulu aku pernah, pernah… pernah nyakitin kamu” Tanya wanita itu dengan mata yang berkaca – kaca.

“Engga perlu alasan buat nolong orang, aku hanya ingin membantu kamu”

“Terima kasih sekali yah, makasih udah nolongin aku. Kamera kamu nanti aku ganti, tenang aja”

“Udah engga usah, engga apa – apa. Lebih baik camera aku yang hilang dari pada keperawanan kamu, camera masih bisa di beli. Sedangkan itu? Enggak akan pernah kembali lagi”

Itulah percakapan aku dan wanita yang aku tolong, wanita yang dulu pernah menyakiti hati ku, wanita yang pernah membuat ku gila. Aku pun pergi setelah mengucapkan perkataan ku tadi, saat ku melihat kebelakang untuk memberikan senyuman terakir, wanita itu menangis sambil tersenyum.

0 comments:

Posting Komentar