Baju hitam? Cek!
Pilox? Cek!
Kertas A4? Cek!
Ok persiapan selesai, sehari semalam aku bergadang membuat sesuatu untuk orang yang aku suka. Aku hanya ingin dia tau saja, kalau aku suka dan kagum sama dia. Tidak menuntut untuk menjadi pacar nya, kenapa? karena aku sudah punya pasangan sendiri, orang yang sangat aku cintai, hubungan kita sudah jauh, tinggal sedikit lagi agar bisa kepelaminan pernikahan. Tapi tidak ada salah nya aku membuat sesuatu sebagai kenang-kenangan, agar dia ingat selalu kepada ku.
Keesokan hari nya aku bertemu dengan wanita yang suka, hari yang sangat ku tunggu-tunggu. Dia duduk sendiri menatap komputer, menyelesaikan kerjaan nya yang belum selesai. Kuhampiri dia, ku temani, dan memberikan secangkir teh hangat kesukaan nya. Dia kelihatan cape sekali, ingin sekali aku membantu nya. Tapi apa daya aku tidak mengerti apa yang dia kerjakan, maklum saja kita beda bagian. Malam pun tiba, kami pun beranjak untuk pulang. Kosan kami tidak jauh, hanya beda beberapa blok saja. Diperjalanan aku hanya terdiam, mendengarkan semua cerita yang keluar dari mulut nya. Sesampai didepan kosan nya, aku pun berhenti dan memandang dia masuk. Ketika dia hampir menutup pintu gerbang, aku memanggil nya. Dia pun membuka kembali pintu gerbang hanya mengucapkan satu kata,
“yah?”
Tanpa basa-basi ku berikan kaos hitam kepada nya dan bekata,
“ini buat kamu, tolong pake sebelum tidur dan matikan lampu kamar mu lalu menghadaplah ke cermin.”
“ok!”
Dia hanya berkata itu saja, sungguh sangat singkat sekali. Setelah dia masuk kedalam, aku langsung pergi menuju kosan ku.
Hari baru telah datang, ku menatap langit-langit kosan ku. Merencanakan apa yang akan aku lakukan hari ini, dan membayangkan sikap dia setelah menerima kaos dari ku itu. Lihat nanti sajalah, lebih baik aku mandi dan siap-siap berangkat kerja. Pakaian sudah rapih, perlengkapan sudah masuk kedalam tas, dan aku siap berangkat menuju kantor. Tak kusangka aku bertemu dengan dia di jalan, saat ku berpapasan dengan nya.
“terima kasih, aku suka baju nya. Aku harap kita bisa jadi sahabat, kamu keren juga bisa buat baju kaya gitu.”
Itulah kalimat yang keluar dari mulut nya, sambil tersenyum tersipu malu. Aku hanya bisa tersenyum sambil menatap langit yang mendung, kami pun langsung berjalan bersama menuju kantor. Dan akhir nya, kami selalu bersama saling berbagi cerita, saling memberi motivasi, hingga aku menikah dengan kekasih ku. Sampai kapan pun dia tetap sahabat ku, sahabat terbaik ku.
0 comments:
Posting Komentar